cybermap.co.id – Memasuki bulan Mei, Indonesia secara umum mulai memasuki awal musim kemarau. Namun, di beberapa daerah, hujan masih turun pada malam hari. Fenomena ini membuat banyak masyarakat bertanya-tanya: mengapa hujan masih terjadi di musim kemarau?
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memberikan penjelasan terkait kondisi ini. Menurut BMKG, transisi dari musim hujan ke musim kemarau tidak terjadi secara tiba-tiba. Proses peralihan ini dikenal sebagai masa pancaroba, di mana cuaca bisa sangat dinamis dan tidak menentu.
Pada masa pancaroba, hujan umumnya terjadi pada sore atau malam hari karena pemanasan matahari yang intens pada siang hari. Pemanasan ini menyebabkan penguapan tinggi yang kemudian membentuk awan-awan konvektif. Awan ini berpotensi menghasilkan hujan disertai petir dan angin kencang.
BMKG juga menyebutkan bahwa hujan lokal di awal kemarau bisa dipicu oleh adanya gangguan atmosfer seperti gelombang ekuator atau pergerakan angin dari wilayah laut yang masih membawa uap air. Hal ini menyebabkan potensi hujan tetap ada, meskipun intensitas dan frekuensinya lebih rendah dibanding saat puncak musim hujan.
Masyarakat diimbau untuk tetap waspada terhadap cuaca ekstrem yang mungkin terjadi selama masa peralihan ini. Meski musim kemarau sudah dimulai, beberapa wilayah masih berpotensi mengalami hujan sesaat, terutama pada sore hingga malam hari.
BMKG menyarankan agar masyarakat terus memantau informasi prakiraan cuaca terkini melalui kanal resmi mereka, untuk menghindari risiko aktivitas luar ruangan saat cuaca buruk melanda.