cybermap.co.id – Pemerintah tengah mempertimbangkan wacana untuk menempatkan siswa yang dinilai bermasalah atau “nakal” di barak militer sebagai bagian dari program pembinaan karakter. Wacana ini memicu perdebatan di kalangan masyarakat, terutama dari para pengamat pendidikan yang menyoroti efektivitas dan implikasi kebijakan tersebut.
Menurut pengamat pendidikan Indra Charismiadji, pendekatan yang menempatkan siswa dalam lingkungan militeristik bukan solusi jangka panjang terhadap masalah perilaku anak di sekolah. “Pendidikan harus mengedepankan pendekatan yang manusiawi dan berorientasi pada tumbuh kembang anak. Pendekatan keras hanya akan menambah trauma, bukan memperbaiki perilaku,” ujarnya.
Ia juga menambahkan bahwa akar masalah kenakalan remaja sering kali berasal dari lingkungan keluarga, tekanan sosial, hingga gangguan kesehatan mental yang tidak tertangani. Oleh karena itu, solusi yang lebih menyeluruh dan berbasis dukungan psikologis serta penguatan pendidikan karakter dinilai lebih efektif.
Namun, efektivitas jangka panjang dari metode ini masih dipertanyakan, terutama jika tidak disertai pembinaan psikologis dan pendidikan nilai.
Program seperti ini memerlukan kajian yang matang, termasuk evaluasi dari program serupa yang pernah dilakukan di beberapa daerah. Pendidikan bukan hanya soal disiplin, tapi juga soal empati dan pemahaman akan latar belakang anak. Jika tidak ditangani dengan bijak, solusi seperti ini justru bisa menimbulkan dampak negatif terhadap perkembangan siswa.