cybermap.co.id – Ketegangan perdagangan antara Amerika Serikat dan mitra dagangnya kembali memanas. Ketidakpastian global yang meningkat membuat para investor berbondong-bondong mencari aset aman, dan emas pun kembali menjadi primadona.
Emas, yang dikenal sebagai lindung nilai terhadap gejolak ekonomi, mencatatkan lonjakan harga dalam beberapa pekan terakhir. Hal ini terjadi seiring dengan langkah saling balas tarif antara AS dan Tiongkok yang terus berlanjut. Pelaku pasar melihat risiko resesi meningkat, mendorong permintaan terhadap aset safe haven.
Transisi:
Dalam kondisi seperti ini, investor cenderung menghindari aset berisiko seperti saham dan mata uang negara berkembang. Sebagai gantinya, mereka memilih instrumen yang lebih stabil dan tahan tekanan ekonomi. Inilah saat emas bersinar kembali sebagai pelabuhan yang aman di tengah badai geopolitik.
Faktor lain yang mendukung penguatan harga emas adalah ekspektasi penurunan suku bunga oleh bank sentral utama dunia. Federal Reserve, misalnya, menghadapi tekanan untuk melonggarkan kebijakan moneternya demi meredam dampak perang dagang terhadap pertumbuhan ekonomi.
Dengan prospek jangka pendek yang masih dibayangi ketidakpastian global, permintaan terhadap emas diprediksi tetap tinggi. Banyak analis memperkirakan bahwa logam mulia ini akan terus menjadi pilihan utama para investor dalam menghadapi potensi risiko sistemik dan ketegangan geopolitik yang tak kunjung reda.
Pada akhirnya, emas tak hanya menjadi simbol kekayaan, tetapi juga cerminan kekhawatiran dunia akan stabilitas ekonomi. Saat perang dagang semakin panas, kilau emas pun kian memikat.