Setiap tanggal 17 April, dunia memperingati Hari Hemofilia Sedunia, sebuah momentum penting untuk meningkatkan kesadaran tentang gangguan perdarahan, termasuk hemofilia. Pada tahun 2025, tema besar yang diangkat oleh Himpunan Masyarakat Hemofilia Indonesia (HMHI) adalah “Akses yang Setara, Diagnosis yang Cepat”. Tema ini menjadi panggilan nyata untuk memperbaiki ketimpangan dalam layanan kesehatan bagi penyandang hemofilia di seluruh pelosok negeri.


Apa Itu Hemofilia dan Mengapa Perlu Diperhatikan?

Hemofilia adalah kelainan darah bawaan yang menyebabkan darah sulit membeku secara normal. Artinya, seseorang yang mengidap hemofilia bisa mengalami perdarahan berkepanjangan setelah cedera, bahkan bisa mengalami perdarahan internal tanpa sebab yang jelas. Jika tidak ditangani secara tepat, kondisi ini dapat menyebabkan kerusakan sendi permanen hingga kematian.

Sayangnya, masih banyak masyarakat yang belum mengenal hemofilia secara utuh. Bahkan, diagnosis yang lambat menjadi salah satu tantangan terbesar bagi penderita, terutama di daerah terpencil dengan akses fasilitas kesehatan terbatas.


Peran HMHI dalam Kampanye 2025

HMHI sebagai organisasi pendamping penyandang hemofilia terus bergerak aktif dalam memperjuangkan hak-hak mereka. Pada peringatan tahun ini, HMHI mengajak seluruh elemen masyarakat dan pemerintah untuk:

  1. Meningkatkan edukasi publik mengenai gejala awal hemofilia agar masyarakat bisa lebih waspada.
  2. Mendorong layanan kesehatan primer agar lebih siap melakukan diagnosis dini, terutama bagi anak-anak.
  3. Memperluas akses pengobatan, termasuk ketersediaan faktor pembekuan darah yang vital bagi penderita hemofilia.

Tak hanya itu, HMHI juga menggelar berbagai kegiatan seperti webinar, donor darah, kampanye sosial media, dan konsultasi kesehatan gratis, agar informasi mengenai hemofilia lebih merata diterima masyarakat.


Pentingnya Diagnosis Dini dan Akses Setara

Diagnosis dini sangat menentukan kualitas hidup penyandang hemofilia. Dengan penanganan cepat, penderita bisa hidup lebih produktif dan terhindar dari komplikasi. Namun, ketimpangan akses masih menjadi tantangan. Banyak daerah di Indonesia belum memiliki tenaga medis terlatih atau laboratorium yang mampu mendeteksi hemofilia secara akurat.

Karenanya, HMHI mendorong sinergi antar lembaga, termasuk Kementerian Kesehatan dan BPJS, untuk memberikan jaminan layanan yang inklusif dan berkeadilan. Tak hanya bagi pasien di kota besar, tetapi juga mereka yang tinggal di pelosok negeri.


Penutup: Bergerak Bersama untuk Masa Depan yang Lebih Baik

Hari Hemofilia Sedunia 2025 bukan hanya sekadar peringatan tahunan, tetapi momentum untuk mendorong perubahan nyata. Akses kesehatan adalah hak semua warga negara, termasuk bagi penyandang hemofilia. Dengan kolaborasi lintas sektor dan kepedulian masyarakat, kita bisa menghadirkan masa depan yang lebih cerah, setara, dan inklusif bagi semua penderita hemofilia di Indonesia.

Similar Posts