cybermap.co.id – Jakarta – Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Republik Indonesia baru-baru ini mengungkap sebuah kasus penipuan digital yang mengejutkan, bukan hanya karena skalanya, tetapi juga karena pelakunya berasal dari lingkup keluarga korban sendiri. Dalam rilis resmi, Kemlu menyatakan bahwa semakin maraknya kasus penipuan digital kini memasuki ranah yang lebih personal dan emosional: keluarga.

Kasus ini bermula dari laporan WNI di luar negeri yang merasa menjadi korban penipuan dengan modus investasi palsu. Namun, yang membuat kasus ini mencengangkan adalah ketika investigasi mendalam menunjukkan bahwa pelaku utama adalah kerabat dekat dari korban.

Menurut juru bicara Kemlu, modus ini dikenal dengan istilah “familial scam”, yaitu bentuk penipuan yang memanfaatkan hubungan kekeluargaan untuk mendapatkan kepercayaan korban. “Banyak WNI yang rindu keluarga, terutama yang merantau atau bekerja di luar negeri, menjadi sasaran empuk karena kerinduan itu dimanipulasi oleh oknum tak bertanggung jawab,” ujar pejabat tersebut dalam konferensi pers.

Kemlu menegaskan bahwa kasus ini bukan yang pertama dan diprediksi bukan yang terakhir. Data menunjukkan peningkatan signifikan dalam laporan penipuan daring yang melibatkan hubungan pribadi dan keluarga, terutama selama beberapa tahun terakhir saat penggunaan teknologi komunikasi meningkat drastis.

Salah satu korban, sebut saja Anita, seorang WNI yang bekerja di Hong Kong, mengaku merasa dikhianati. “Saya pikir saya membantu sepupu saya yang sedang kesulitan. Dia kirim foto, video call, bercerita soal kebutuhan mendesak. Saya tidak menyangka semua itu hanya sandiwara,” ujarnya.

Kemlu bekerja sama dengan Interpol dan lembaga penegak hukum di negara tempat korban berada untuk menindaklanjuti kasus ini.

Para ahli sosiologi menyatakan bahwa fenomena ini merupakan refleksi dari perubahan dinamika sosial dalam keluarga. Tekanan ekonomi, kecanggihan teknologi, dan kurangnya literasi digital menjadi faktor pendorong utama. Saatnya kita semua lebih cerdas, kritis, dan tegas dalam menghadapi era digital yang semakin kompleks.

Similar Posts