cybermap.co.id – Alergi makanan adalah reaksi tubuh yang berlebihan terhadap makanan tertentu yang dianggap sebagai ancaman oleh sistem kekebalan tubuh. Setiap tahun, semakin banyak orang yang mengalami alergi makanan, baik pada anak-anak maupun orang dewasa. Alergi makanan dapat bervariasi, mulai dari gejala ringan seperti gatal-gatal hingga reaksi yang lebih serius seperti anafilaksis, yang dapat mengancam nyawa. Lantas, apa sebenarnya penyebab terjadinya alergi makanan?
1. Sistem Kekebalan Tubuh yang Terlalu Sensitif
Penyebab utama alergi makanan adalah sistem kekebalan tubuh yang terlalu sensitif terhadap protein tertentu dalam makanan. Pada seseorang yang alergi, tubuh menganggap protein ini sebagai bahan berbahaya dan meresponsnya dengan menghasilkan antibodi imunoglobulin E (IgE). Ketika makanan yang mengandung protein tersebut masuk ke dalam tubuh, IgE akan memicu pelepasan histamin dan bahan kimia lainnya, yang menyebabkan gejala alergi seperti gatal, ruam, sesak napas, atau bahkan pembengkakan.
2. Faktor Genetik
Faktor genetik memainkan peran penting dalam perkembangan alergi makanan. Jika seseorang memiliki riwayat keluarga dengan alergi makanan, kemungkinan besar dia juga akan mengalaminya. Penelitian menunjukkan bahwa jika salah satu atau kedua orang tua memiliki alergi, anak mereka berisiko lebih tinggi untuk mengembangkan alergi makanan. Ini menunjukkan bahwa faktor keturunan berperan dalam mempengaruhi respons kekebalan tubuh terhadap alergen.
3. Paparan Dini terhadap Alergen
Beberapa studi menunjukkan bahwa paparan dini terhadap alergen, terutama pada usia muda, dapat memengaruhi perkembangan alergi makanan. Beberapa penelitian mengindikasikan bahwa memperkenalkan makanan tertentu pada usia yang lebih muda, seperti kacang-kacangan atau telur, dapat mengurangi risiko anak mengembangkan alergi terhadap makanan tersebut. Namun, ini masih menjadi topik penelitian dan perdebatan di kalangan ahli kesehatan.
Sebaliknya, kurangnya paparan terhadap alergen di usia muda, terutama pada anak-anak yang tidak terpapar makanan tertentu karena pola makan yang sangat terbatas, bisa meningkatkan risiko pengembangan alergi. Hal ini berkaitan dengan teori higienis, yang menyatakan bahwa sistem kekebalan tubuh yang terlalu “bersih” dapat menyebabkan reaksi berlebihan terhadap alergen.
4. Lingkungan dan Polusi
Faktor lingkungan juga berperan dalam terjadinya alergi makanan. Paparan terhadap polusi udara dan bahan kimia berbahaya dapat mempengaruhi sistem kekebalan tubuh dan meningkatkan risiko terjadinya alergi. Selain itu, konsumsi makanan yang terkontaminasi oleh pestisida atau bahan kimia dalam proses produksinya dapat memengaruhi reaksi tubuh terhadap makanan tertentu.
5. Makanan yang Paling Sering Menyebabkan Alergi
Menurut dokter, ada beberapa jenis makanan yang lebih sering menyebabkan reaksi alergi. Makanan tersebut antara lain kacang-kacangan (terutama kacang tanah dan kacang pohon), susu sapi, telur, ikan, kerang, gandum, kedelai, dan sayuran tertentu. Protein dalam makanan ini lebih mudah dikenali oleh sistem kekebalan tubuh sebagai alergen, yang meningkatkan kemungkinan terjadinya reaksi alergi.
6. Faktor Usia
Alergi makanan lebih sering ditemukan pada anak-anak, tetapi tidak jarang juga terjadi pada orang dewasa. Beberapa anak mungkin mengalami alergi makanan yang hilang seiring bertambahnya usia, terutama alergi terhadap susu atau telur. Namun, ada juga kasus di mana alergi makanan berkembang pada usia dewasa, yang seringkali lebih sulit diobati dan bisa lebih berbahaya.
Kesimpulan
Alergi makanan adalah kondisi medis yang kompleks dengan berbagai faktor penyebab, mulai dari respons sistem kekebalan tubuh yang berlebihan hingga faktor genetik, lingkungan, dan pola makan. Mengidentifikasi dan menghindari pemicu alergi sangat penting dalam mengelola kondisi ini.