cybermap.co.id – Suasana duka menyelimuti keluarga seorang remaja berusia 17 tahun yang tewas tertembak saat terjadi tawuran di kawasan Medan, Sumatera Utara. Korban, yang dikenal sebagai anak pendiam dan bertanggung jawab, dikabarkan menjadi korban penembakan oleh aparat kepolisian saat berusaha membubarkan bentrokan antar kelompok pemuda.

Menurut pihak keluarga, korban tidak mungkin terlibat dalam tawuran. Mereka mengaku sangat terkejut ketika menerima kabar bahwa sang remaja meninggal dunia akibat tembakan polisi. “Dia seharusnya di rumah menjaga adiknya, bukan di jalanan. Kami tidak percaya begitu saja bahwa dia ikut tawuran,” ujar ibu korban sambil menahan tangis.

Kepolisian mengklaim bahwa tindakan penembakan dilakukan karena korban membawa senjata tajam dan dianggap membahayakan petugas serta warga sekitar. Namun, pernyataan ini dibantah oleh keluarga yang menyebut anak mereka tidak pernah terlibat dalam tindakan kriminal ataupun geng jalanan.

Pihak keluarga kini menuntut kejelasan dan keadilan atas kematian putra mereka. Mereka mendesak agar kasus ini diusut tuntas dan dilakukan investigasi independen. “Kami ingin kebenaran, bukan asumsi,” tegas paman korban.

Kasus ini pun memicu perhatian publik dan aktivis hak asasi manusia yang menyoroti prosedur penggunaan kekuatan oleh aparat keamanan dalam menangani konflik jalanan. Mereka mendesak adanya evaluasi terhadap tindakan represif yang kerap kali menelan korban jiwa, terutama di kalangan remaja.

Hingga kini, jenazah korban telah dimakamkan dan suasana duka masih menyelimuti keluarga. Sementara itu, proses penyelidikan oleh pihak kepolisian masih berlangsung.

Apakah Anda ingin artikel ini disesuaikan untuk media tertentu atau gaya penulisan yang lebih spesifik?

Similar Posts