cybermap.co.id – Nilai tukar rupiah menguat ke level Rp16.387 per dolar Amerika Serikat (AS) setelah Bank Indonesia (BI) menurunkan suku bunga acuan atau BI Rate sebesar 25 basis poin menjadi 5,75%. Kebijakan ini diambil untuk mendukung pemulihan ekonomi nasional di tengah ketidakpastian global dan tekanan eksternal.
Pasar merespons positif langkah tersebut. Penurunan BI Rate menandakan pelonggaran moneter yang diharapkan mampu memperkuat permintaan domestik, mendorong konsumsi rumah tangga, serta mengurangi beban bunga bagi sektor usaha dan perbankan. Imbasnya, investor mulai meningkatkan eksposur terhadap aset rupiah, mendorong nilai tukar mata uang domestik menguat.
Selain faktor internal, pelemahan dolar AS secara global turut memberikan dorongan tambahan bagi rupiah. Ekspektasi bahwa Federal Reserve akan menahan atau bahkan menurunkan suku bunga acuannya pada semester kedua 2025 menekan daya tarik dolar, sehingga negara-negara berkembang seperti Indonesia memperoleh arus modal masuk yang lebih besar.
Meski demikian, analis memperingatkan bahwa penguatan rupiah kemungkinan bersifat sementara. BI sendiri menyatakan akan terus menjaga stabilitas rupiah melalui intervensi di pasar valuta asing bila diperlukan.
Dengan rupiah menguat dan suku bunga lebih rendah, prospek ekonomi Indonesia dinilai lebih optimistis. Namun, koordinasi erat antara kebijakan fiskal dan moneter akan tetap menjadi kunci utama menjaga momentum pemulihan dan stabilitas makroekonomi nasional.