cybermap.co.id – Myanmar, yang dulunya dijuluki sebagai “Kota Emas” karena pagoda emasnya yang megah dan kekayaan alamnya yang luar biasa, kini menghadapi reputasi yang jauh berbeda. Bukan lagi kemegahan arsitektur dan budaya yang menjadi sorotan, tetapi bau menyengat yang menyelimuti beberapa daerah di negara ini.
Fenomena ini bukan sekadar isu kecil, melainkan masalah besar yang berakar dari polusi, limbah, serta krisis sosial dan ekonomi yang terus memburuk. Bagaimana Myanmar bisa berubah drastis dari kejayaannya menjadi negara dengan reputasi yang kurang sedap—secara harfiah maupun figuratif?
Dulu: Myanmar, Negeri yang Bersinar
Sebagai salah satu negara dengan sejarah panjang di Asia Tenggara, Myanmar memiliki warisan budaya yang kaya. Sebutan “Kota Emas” tidak hanya merujuk pada pagoda-pagoda berlapis emas yang berkilauan di bawah sinar matahari, tetapi juga kekayaan alamnya, seperti batu permata, minyak, dan gas alam.
Shwedagon Pagoda di Yangon adalah simbol utama kemegahan Myanmar. Pagoda setinggi hampir 100 meter ini dilapisi emas murni dan menjadi pusat spiritual bagi umat Buddha di negara tersebut. Selain itu, Myanmar juga dikenal sebagai salah satu produsen batu permata terbaik di dunia, termasuk rubi dan giok yang dihargai tinggi di pasar internasional.
Namun, di balik kemegahan itu, Myanmar menyimpan masalah yang semakin hari semakin mengkhawatirkan.
Kini: Krisis Lingkungan dan Bau Mengerikan
Saat ini, banyak kota di Myanmar mengalami masalah lingkungan yang serius. Salah satu yang paling mencolok adalah bau menyengat yang menyelimuti beberapa wilayah perkotaan dan perdesaan. Penyebabnya beragam, mulai dari pencemaran sungai, tumpukan sampah yang tidak dikelola dengan baik, hingga limbah industri yang mencemari udara dan tanah.
1. Sampah yang Menggunung dan Tidak Terkelola
Salah satu masalah utama yang menyebabkan bau tidak sedap di Myanmar adalah sistem pengelolaan sampah yang buruk. Di kota-kota besar seperti Yangon dan Mandalay, tempat pembuangan sampah sering kali penuh sesak dengan limbah domestik dan industri yang dibiarkan membusuk di udara terbuka. Akibatnya, bau busuk menyebar luas, mengganggu kehidupan sehari-hari masyarakat.
Pembuangan sampah ilegal juga semakin meningkat. Banyak warga yang terpaksa membakar sampah mereka sendiri, yang justru memperparah polusi udara dan menimbulkan masalah kesehatan.
2. Sungai yang Tercemar Limbah
Myanmar memiliki banyak sungai besar yang dulunya menjadi sumber kehidupan bagi penduduknya. Namun, kini banyak sungai berubah menjadi tempat pembuangan limbah industri dan domestik. Sungai Irrawaddy, yang merupakan jalur air terpenting di negara itu, semakin tercemar akibat pembuangan limbah dari pabrik tekstil, pertambangan, dan rumah tangga.
Air yang kotor dan bau menyengat di sekitar sungai menjadi pemandangan umum di berbagai daerah. Hal ini tidak hanya mengurangi kualitas hidup penduduk setempat tetapi juga mengancam ekosistem air dan kesehatan masyarakat.
3. Polusi Udara dari Industri dan Kendaraan
Selain limbah padat dan cair, udara di beberapa kota di Myanmar juga semakin tercemar. Asap dari kendaraan bermotor yang semakin meningkat, ditambah dengan aktivitas industri yang tidak terkendali, memperburuk kualitas udara. Di beberapa daerah, bau menyengat dari pabrik-pabrik yang membuang limbah tanpa penyaringan menjadi keluhan utama warga.
Pembakaran batu bara untuk pembangkit listrik juga menjadi penyebab utama polusi udara. Udara yang dipenuhi dengan partikel beracun tidak hanya berbau tidak sedap tetapi juga berdampak buruk pada kesehatan masyarakat, menyebabkan penyakit pernapasan seperti asma dan bronkitis.
Dampak bagi Masyarakat dan Pariwisata
Perubahan lingkungan yang drastis ini berdampak langsung pada kehidupan masyarakat Myanmar. Selain gangguan kesehatan akibat polusi udara dan air, bau tidak sedap juga menyebabkan kualitas hidup menurun.
Sektor pariwisata yang dulu menjadi salah satu tulang punggung ekonomi Myanmar kini ikut terkena dampaknya. Wisatawan yang ingin menikmati keindahan alam dan warisan budaya Myanmar harus menghadapi kenyataan bahwa banyak tempat kini tercemar oleh sampah dan bau yang tidak menyenangkan.
Harapan untuk Masa Depan
Meskipun situasi ini tampak suram, masih ada harapan bagi Myanmar untuk bangkit kembali. Langkah-langkah seperti perbaikan sistem pengelolaan sampah, regulasi ketat terhadap industri yang mencemari lingkungan, serta edukasi masyarakat tentang pentingnya menjaga kebersihan dapat membantu mengembalikan kejayaan negara ini.
Banyak aktivis lingkungan dan organisasi non-pemerintah (NGO) yang berusaha menggalang kesadaran dan aksi nyata untuk menyelamatkan lingkungan Myanmar. Jika pemerintah dan masyarakat bekerja sama untuk mengatasi masalah ini, bukan tidak mungkin Myanmar bisa kembali dikenal sebagai “Kota Emas” yang bersih dan megah, bukan sebagai negara dengan bau mengerikan.